Words: Writer
Terlelap indah dalam tempurung kehidupan
Menari dan menangis tanpa orang ketahui
Harummu hanya malaikatlah yang tahu
Kuingin bertanya apa yang mereka rasakan
Cinta dalam jiwa yang remuk dan kosong
Seakan membakarmu diatas warna hamparan samudra dunia
Akankah hal terindah itu datang padamu?
Saat terisi kembali kepingan mozaik tanpa celah
Dunia ini tak cukup luas untuk menampung mozaik-mozaikmu
Madu yang kau terima selama ini menekanmu lebih dalam ke dunia
Dunia ini penuh dusta, apa yang sebenarnya bisa kau percaya?
Tempurungmu seakan enggan memperlihatkan mentari dan hujan
Kau seperti membiarkan sayapmu terpotong
Tak ada yang pasti, kau hanya mebiarkan dirimu teraniaya
Beranikah kau keluar? Saat kau disana,
Jarum itu kan serta merta menusukmu dan menyeretmu menuju liang
Tidaklah lama, namamu kan terukir dalam batu dan terhujani, lalu gelap
Apa hatimu layak kutumbuhi bunga? Harumnya tak akan sama
Mataku pula akan membusuk perlahan jika terus kau sita
Walau begitu tetap, kuingin mengajakmu ke taman
Kau kan bisa mendengar bisikan-bisikan bunga saat mereka tertiup angin
Dalam matamu, kan kulihat pantulan warna-warna pelangi bunga-bunga taman
Andai saja kubisa hidup dalam matamu, ku pasti kan terpuruk
Apa daya melihat bunga dalam hitam putih?
Warna-warna itu akan terus menjadi fatamorgana bagimu, tapi tidak bagiku
Sampai kau temukan mozaik itu

Tidak ada komentar:
Posting Komentar