Kulihat awan sudah mulai menyombong. Dia tunjukkan keindahannya dengan menutupi cahaya purnama. Dengan berlalunya cahaya purnama datanglah rintik hujan gerimis menggantikannya. Seketika kurasakan suasana tidaklah nyaman lagi.
Ku berjalan melewati kumpulan manusia yang kurasa sudah tak bernyawa tetapi kutetap mendengar perbincangan mereka. Perbincangan orang asing tentang tawa dan canda yang menurutku mati. Di tiap langkah yang kupijakkan, kuselalu merasa ada yang ganjal. Saat itu ku ragu antara nyata dan fana. Maklum saja, suasana begitu gelap dan lembab. Berjalan di antara ratusan orang dengan berpayung hujan membuatku bingung. Aku merasa pagi masih sangat lama. Betapa ku merindukan pagi.
Dalam langkah tanpa tujuan kumelihat ada keluarga yang sedang memperdebatkan suatu masalah. Merasa bosan, kuputuskan melihat perdebatan mereka. Entah apa yang ada di benakku saat itu. Ku merasa sedikit terhibur saat perdebatan itu memanas. Di tengah lamunanku, sebuah tangan tiba-tiba jatuh di bahuku. Temanku. Dia menepukku lalu mengajakku ngobrol. Aku merasakan kelegaan yang nyata karena dapat menemukan wajah yang kukenal. Aku merasa telah lama hilang.
Kami pun berbincang dan hal-hal yang menajubkan pun terjadi. Ku tak ingat pasti kejadian selanjutnya, yang pasti pada akhirnya pertemuanku dengannya benar-benar menambah gelap suasana malam itu.
Tipuaaaan...
maklum saja kalau geje, hanya bergalau

